Tipologi Masyarakat Agama Perspektif Sosiologi Agama
Tipologi Masyarakat Agama Perspektif Sosiologi Agama

Definisi dan Ruang Lingkup Sosiologi Agama

Definisi, dan Ruang Lingkup Sosiologi Agama  – Sosiologi menjadi ilmu yang begitu pesat perkembangannya. Studi tentang sosiologi bertransformasi menjadi ilmu yang bercabang dan berkembang yang bisa dipadukan dengan ilmu lain, salah satunya adalah dengan agama. Sehingga sosiologi dan agama menjadi bagian ilmu pengetahuan sendiri yang disebut sosiologi agama.

1. Definisi Sosiologi Agama

Secara etimologi sosiologi berasal dari bahasa latin yakni socius dan logos. Socius yang berarti kawan atau bermasyarakat dan logos artinya ilmu atau fikiran.

Sedangkan secara terminologi, Ibnu Khaldun (1332-1406) mendefinisikan Sosiologi sebagai sarana untuk memahami sejarah dan kondisi sosial masyarakat pada suatu generasi, proses perubahan dalam suatu masyarakat, faktor dan pengaruhnya dalam peta peradaban suatu bangsa. August Comte (1798-1857) mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai gejala sosial yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Pengertian statis lebih memusatkan pada keberadaan masyarakat itu sendiri, sedangkan dinamis, kajian lebih dipusatkan kepada perkembangan masyarakatnya serta pembangunannya.

Definis Agama secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta yakni “a” artinya tidak dan “gama: yang berarti kacau. Sehingga agama secara etimomologi berarti tidak kacau (teratur), artinya bahwa dengan beragama soserang dapat hidup dengan teratur dan terarah. Sedangkan secara terminologi beberapa tokoh mendefinisikan agama sebagai berikut:

Agama sebagai (1) sebuah sistem simbol-simbol yang berlaku untuk (2) menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan (3) merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas, sehingga (5) suasana hati dan motivasi-motivasi itu tampak realistis.

  • Glock dan Stark (1970)

Agama sebagai sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang terlembaga, yang kesemuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

  • Faisal Ismail (1997)

Agama adalah peraturan, yaitu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan hidup bersama.

  • Daradjat (2005)

Agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu itu lebih tinggi dari pada manusia.

Dengan kata lain bahwa sosiologi agama mempelajari peran agama di dalam masyarakat; praktik, latar sejarah, perkembangan dan tema universal suatu agama di dalam masyarakat serta mempelajari masyarakat beragama secara sosiologis guna mencapai penjelasan ilmiah.

 

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian agama oleh sebagian sosiolog dianggap universal, dibuktikan dari berbagai hasil penelitian para ahli arkeologi dan etnologi. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa, barang-barang peninggalan paling kuno yang ditemukan, selalu terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa masyarakat terdahulu telah melakukan
kegiatan keagamaan. (Yusuf Wibisono : 2020). Contohnya, peninggalan agama Mesir Kuno dengan Piramidanya, agama Budha dengan candi-candi seperti Borobudur dan yang sejenisnya. Dengan begitu menandakan keberadaan agama bukan hanya milik masyarakat dan di wilayah tertentu, tetapi secara umum keberagamaan dialami di berbagai masyarakat di belahan dunia manapun.

Menurut Hendropuspito (1984), sasaran atau obyek kajian Sosiologi Agama yang disebut obyek materialnya, yakni masyarakat beragama dengan berbagai perangkat norma yang terlembagakan, seperti kelompok atau lembaga keagamaan yang mempunyai karakteristik unik dan berbeda dengan yang lain. Keunikan ini dikarenakan oleh muatan norma atau aturan-aturan agama yang dijadikan pedoman dalam aktivitas seharihari mereka.

Objek yang dikaji dari masyarakat agama (dalam sosiologi agama) meliputi tiga hal:

  • Pertama, tentang struktur sosialnya seperti stratifikasi sosial, institusi sosial, kelompok sosial dan yang sejenisnya.
  • Kedua, tentang fungsinya; yang manisfes dan laten, juga yang berkaitan dengan aspek-aspek perubahan sosial dan produk-produknya.
  • Ketiga, tentang pengaruh masyarakat beragama baik internal maupun eksternal. Dalam konsep internal, pola hubungan di antara mereka sebagai masyarakat beragama, dan konsep eksternal adalah pola hubungan dengan masyarakat yang luas.

 

Source :

  • Muhamad Fajar Pramono, 2017. Sosiologi Agama Dalam Konteks Indonesia. Ponorogo: Unida Gontor Press
  • Yusuf Wibisono. 2020. Sosiologi Agama. Bandung : Uin Bandung Press.
  • Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, terj. Francisco Budi Hardiman,. Yogyakarta: Kanisius.
  • Ismail, Faisal, 1997, Paradigma Kebudayaan Islam (studi Kritis dan Refleksi. Historis), Yogyakarta: Titian Ilahi Press.