Teori Sosiologi Agama Teori-Teori Klasik

Teori Sosiologi Agama : Teori-Teori Klasik

Teori Sosiologi Agama : Teori-Teori Klasik

Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx lahir di sebuah kota kecil yakni kota Trier di Jerman. Ia lahir pada tanggal 5 Mei 1818 dan meninggal 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun. Karl Marx adalah seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner asal Jerman. Marx tumbuh dalam keluarga Yahudi taat, tetapi Marx muda adalah seorang ateis.

Teorinya tentang historis materialismenya menyimpulkan bahwa sejarah masyarakat selalu ditandai dengan perjuangan kelas antara pemilik modal dan pekerja (buruh). Dengan demikian, realitas ekonomi masyarakat membentuk perilaku manusia. Kebutuhan material menjadi motivasi dasar manusia yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan lain terpenuhi.

Pada masyarakat kapitalis, agama dijadikan sebagai alat untuk mengeksploitasi buruh. Pemilik modal dalam hal ini menggunakan fatwa-fatwa dari gereja untuk misalnya melegitimasi kerja lembur malam hari termasuk bagi buruh perempuan.

Marx percaya bahwa agama dapat menjadi penghalang perubahan karena agama merupakan bentuk kontrol sosial yang menyebabkan kelas buruh berada dalam kondisi kesadaran palsu. Agama merupakan simbol makhluk tertindas. Agama merupakan candu masyarakat. Agama layaknya obat yang tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya mengurangi rasa sakit. Dengan demikian, agama mendistorsi realitas, suatu ideologi yang melegitimasi ketidakadilan tatanan sosial.

Teori Marx hanya menjelaskan kondisi manusia dalam terminologi “masalah”, tetapi tidak memberikan jawaban terhadap penderitaan manusia, hidup, mati, dan sebagainya. Teori Marx tidak memberikan gambaran yang jelas hubungan antara agama dan kesadaran kelas dan tingkat pembagian kelas dalam masyarakat modern.

 

Emile Durkheim (1858-1917)

Emile Durkheim lahir di Epinal Provinsi Lorraine Prancis pada tahun 1858 dan meninggal pada 15 November 1917 diumur 59 tahun. Ia dibesarkan di tengah keluarga Yahudi ortodoks, anak seorang rabbi. Durkheim dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895.

Durkheim mendefnisikan agama dalam karyanya Elementary Forms, sebagai suatu sistem kesatuan kepercayaan dan praktik-praktik relatif suci (sakral) yang dapat dikatakan seperangkat pemisahan dan larangan kepercayaan-kepercayaan serta praktik yang menyatu ke dalam komunitas moral tunggal dinamai sebuah gereja. Durkheim mendefnisikan agama sebagai sebuah oposisi biner, yakni antara sakral dan profan, akibatnya hal itu paralel dengan pembedaan antara Tuhan dan manusia.

Adapun sumbangan pemikiran Durkheim dalam sosiologi agama adalah Teori Solidaritas Sosial. Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

  1. Solidaritas sosial mekanik

Pada awalnya, fakta sosial berasal dari pikiran atau tingkah laku individu, namun terdapat pula pikiran dan tingkah laku yang sama dari individu-individu yang lain, sehingga menjadi tingkah laku dan pikiran masyarakat, yang pada akhirnya menjadi fakta sosial. Fakta sosial yang merupakan gejala umum ini sifatnya kolektif, disebabkan oleh sesuatu yang dipaksakan pada tiap-tiap individu.

  1. Solidaritas Sosial Organik

Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum.

Heterogenitas yang semakin beragam ini tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasinya.

 

Max Webber (1864- 1920)

Max Weber mempunyai Nama lengkap Maxilian Weber. Ia seorang sosiolog modern kelahiran Efrut Jerman yang lahir pada tanggal 21 April 1864 kemudian meninggal dunia pada 14 Juni 1920 akibat sakit pneumonia. Weber belajar di universitas Heilderberg. Saat perang dunia I, Weber mengikuti dinas militer. Pada tahun 1884 ia kembali kuliah di universitas Berlin. Setelah 8 tahun, ia lulus menjadi pengacara dan pengajar di universitas tersebut.

Adapun sumbangan pemikiran Weber dalam sosiologi agama adalah dalam tulisannya yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Agama mempunyai peran membentuk motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas keduniaan (ekonomi). Agama, dalam hal ini Calvinisme,
secara aktual membantu meningkatkan kapitalisme modern karena agama tersebut memiliki nilai-nilai yang dipercaya oleh umatnya dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Orientasi hidup manusia ialah kerja keras dengan rasionalitas tinggi disertai sikap hemat demi kesuksesan ekonomi yang diyakininya sebagai cara untuk memperoleh perkenan Tuhan. Kerja keras dan hemat menghasilkan akumulasi modal yang selanjutnya meningkatkan efek ganda ekonomi.

Weber juga berpendapat bahwa sesungguhnya dogma agama aslinya ialah irasional. Ia kemudian menyatakan bahwa agama “secara relatif rasional” dan berbeda dengan ilmu pengetahuan dan tindakan rasional.

 

Source :

  • Ibn Khaldūn, `Abd al-Raḥmān Ibn Muḥammad, Muqaddimah Ibn Khaldūn, terj. Masturi Irham, et al., Mukaddimah Ibn Khaldūn. Jakarta: Pustakaal-. Kausar, 2011
  • Karl Marx. Manifest der Kommunistischen Partei (Manifesto Komunis) (1846) terjemahan Inggris 1848
  • Langer, Beryl. 2008. “Emile Durkheim” dalam Peter Beilharz (ed.). Teori-teori
    Sosial. Terjemahan Sigit Jatmiko. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Max Webber. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (orisinal – 1904 hingga 1905, terjemahan bahasa Inggris – 1930)
  • Yusuf Wibisono. 2020. Sosiologi Agama. Bandung : Uin Bandung Press.