Tipologi Masyarakat Agama Perspektif Sosiologi Agama
Tipologi Masyarakat Agama Perspektif Sosiologi Agama

Tipologi Masyarakat Agama Perspektif Sosiologi Agama

Tipologi Masyarakat Agama Perspektif Sosiologi Agama
Source:
https://teropong.id/forum/2018/09/25/pengertian-agama-tujuan-fungsi-dan-pengelompokkan-agama/

3. Tipologi Masyarakat Agama

Keberagamaan seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku masyarakat yang bersumber pada emosi keagamaan. Maka ditemuilah berbagai bentuk persepsi masyarakat terhadap agama. Setiap masyarakat mempunyai pola dan tingkah laku keagamaan yang berbeda Elizabeth K. Nottingham (Syaiful Hamali, 2017), sosiolog agama, membagi tipologi masyarakat dan agama dalam beberapa bentuk, yaitu :

  • Tipologi Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-Nilai Sakral.

Masyarakat-masyarakat yang mewakili tipe ini dijelaskan Elizabeth (1985:51) bahwa; Tingkat perkembangan teknik mereka masih rendah dan pembagian kerja atau pembidangan kelas-kelas sosial relatif masih kecil. Keluarga adalah lembaga mereka yang paling penting dan spelisasi pengorganisasian kehidupan pemerintahan dan ekonomi masih amat sederhana. Laju pertumbuhan sosial masih lambat.

Tipe masyarakat ini pada umumnya, secara bersamasama menganut agama yang sama dan paham keagamaan atau kelompok keagamaan (aliran) yang sama pula. Mereka cenderung berkelompok dalam lembaga keagamaan yang “sederhana”, yaitu yang tidak banyak menuntut para anggotanya untuk lebih profesional dan ahli di bidang tertentu. Akan tetapi, lembaga atau institusi yang berdasarkan ikatan kekerabatan dan persaudaraan (brotherhood) (Wibisono, 2020:54).

Nilai-nilai agama seringkali meningkatkan sikap konservatisme dalam menghalangi perubahan kehidupan sosial masyarakat seolah-olah agama menghambat kemajuan. Dalam tipe ini kedudukan agama sangat kuat sekali, segala sesuatu mereka ukur dengan aturan-aturan dan ketentuan agama.

  • Tipe Masyarakat Pra Industri sedang berkembang

Agama mempunyai fungsi ganda, disatu sisi berfungsi sebagai pemersatu, dan di sisi lain agama sebagai pemecah belah, Kondisi masyarakat tipe ini disebabkan: (1) Perangkat organisasi keagamaan dan struktur kekuatan politik bisa menimbulkan bentrok politik keagamaan dalam masyarakat. Benturan-benturan itu bisa dianggap sebagai usaha mempersatukan, karena benturan itu telah berfungsi menyatukan bersama masing-masing masyarakat. (2) timbulnya benturan-benturan yang meruncing antara kepentingan organisasi keagamaan dan organisasi politik, hal ini disebabkan masing-masing organisasi mempunyai cakupan wilayah masing-masing, struktur dan sikap dasar sendiri-sendiri. Sedangkan setiap organisasi menuntut kesetiaan anggotanya. Sehingga timbullah bentrokan diantara organisasi keagamaan dengan organiasasi pemerintahan. (3) masyarakat tipe ini semakin majemuk, perlawanan antara kelompok pertama dan kelompok yang datang belakangan mulai menurun. Kelompok terakhir datang dengan tatanan politik dan ekonomi baru, maka agama bisa tampil dengan pembaharuan yang bersifat kreatif (Elizabeth 1985:56-57)

Menurut Wibisono (2020:54-55) Masyarakat jenis ini pun dapat menerima perkembangan teknologi yang lebih tinggi dengan ditandai penggunaan produk teknologi sesuai dengan kemampuan mereka. Selain itu juga, kemampuan baca-tulis mereka sudah mencapai tingkat tertentu, sehingga tidak termasuk katagori masyarakat terbelakang. Dalam hal pembagian kerja, mereka relatif sudah memperhatikan keahlian seseorang ketimbang aspek kedekatan, meski dalam tahap penyempurnaan. Keberadaan kelas-kelas sosial dalam masyarakat jenis ini beragam, dan dengan pendapatan ekonomi yang beraneka ragam pula.

  • Tipe Masyarakat-Masyarakat Industri Sekuler

Kehidupan masyarakat tipe ini sangat dinamik, kemajuan teknologi semakin berpengaruh dalam segala aspek kehidupan. Mareka semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan pada penalaran, dan effesiensi dalam menanggapi berbagai masalah, akibatnya kehidupan keagamaan mendapat tantangan, karena lingkungan yang sekuler semakin melemahkan hal-hal yang berbentuk keagmaan atau nilai-nilai sakral sehingga mempersempit ruang lingkup kepercayaan dan pengalaman agama, hilangnya kharismatik nilai-nilai humanistik dalam masyarakat (Syaiful Hamali, 2017).

Selanjutnya Elizabeth (1985:66) menjelaskan bahwa dalam masyarakat tipe ini terdapat berbagai tipe penyesuaian yang lazim terhadap masalah keutuhan kepribadian dalam masyarakat industri modern. Pertama, kepribadian seseorang secara insklusif terintegrasi atas dasar nilai-nilai organisasi keagamamaan tertentu, dimana dia menjadi anggotanya. Kedua, pengintegrasian kepribadian yang baik melalui proses penggolongan (compartmentalization). Dia mampu menggambungkan yang bersifat konvesional dari apa yang disebut sekolah agama Sabtu dan Minggu dengan orientasi hidup sehari-hari terhadap nilai-nilai sekuler yang bertentangan.

Menurut Wibisono (2020:56) Untuk itu, tipe jenis yang ketiga ini selalu dikatagorikan sebagai masyarakat beragama yang selalu berpatokan pada rasionalitas. Bagi mereka segala sesuatu yang berkaitan dengan kahidupan, tidak terkecuali beragama, harus berdasarkan pertimbangan common-sense atau akal sehat. Kendatipun dalam hal-hal tertentu, terutama yang berkaitan dangan eksistensi Adikodrati atau supranatural, mereka juga masih memberikan ruang toleransi, alias percaya. Dalam konteks ini, mereka beranggapan, bahwa kadangkala tidak semua relaitas selalu berdasarkan akal sehat atau masuk akal. Sebab, ternyata masih ada realitas yang bukan berada dalam realitas konkrit atau empiris.

 

Source :

  • Clifford Geertz. Kebudayaan dan Agama, terj. Francisco Budi Hardiman,. Yogyakarta: Kanisius.
  • Elizabeth K, Nottingam. 1985. Religion And Society, ter, Abdul Muis Naharong, Cet. I. Jakarta : CV. Rajawali.
  • Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  • SoelaemanM. Munandar. 2000. Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu. Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
  • SoekantoSoerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo. Persada.
  • Syaiful Hamali. 2017. Agama Dalam Perspektif Sosiologis. Al-Adyan Volume 12, Nomor 2, Juli – Desember, 2017.
  • Yusuf Wibisono. 2020. Sosiologi Agama. Bandung : Uin Bandung Press.