Teori Sosiologi Agama : Teori-Teori Klasik

Teori Sosiologi Sebagai Pendekatan

Teori Sosiologi Sebagai Pendekatan – Teori merupakan alat untuk melakukan analisis dan bukan merupakan tujuan analisism, tetapi hanya untuk memahami kenyataan atau fenomena.

Dalam sosiologi, teori telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam tulisan ini saya hanya akan membatasi empat teori saja, yaitu dua tingkatan mikro dan dua tingkatan makro. Perbedaan antara mikro dan makro berkisar pada tingkatan mana suatu analisis itu dapat dilakukan. Adapun teori tersebut adalah:

1. Teori Struktural Fungsional

Teori Struktural Fungsional menjelaskan bagaimana berfungsinya suatu struktur. Setiap Struktur (mikro, meso dan makro) akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Terdapat beberapa asumsi teori struktural fungsional menurut Ralp Dahrendorf (1986:196) yaitu:

  • Setiap Masyarakat Terdiri Dari Berbagai Elemen Yang Terstruktur Secara Relatif Mantap Dan Stabil.

Misalnya adalah aktivitas sehari-hari, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi (setiap masyarakat mempunyai aktifitas yang relatif stabil setiap harinya).

  • Elemen-Elemen Tersebut Terintegrasi dengan Baik.

Elemen yang membentuk struktur memiliki kaitan dan jalinan yang bersifat mendukung dan saling ketergantungan (eleman masyarakat tersebut terintegrasi satu sama lainnya dengan baik dan saling ketergantungan satu sam lainnya).

  • Setiap Elemen dalam Struktur memiliki Fungsi, yaitu Memberikan Sumbangan pada Bertahannya Struktur itu sebagai Suatu Sistem.

Setiap orang atau elemen masyarakat memiliki fungsi. Misalnya pekerjaan polisi memiliki fungsi untuk memberikan rasa nyaman bagi masyarakat lain.

  • Setiap Struktur yang Fungsional Dilandaskan pada Suatu Konsensus nilai di antara Para Anggotanya.

Misalnya adalah fungsi dalam keluarga (ayah, ibu, anak). siapa yang menetapkan fungsi ayah sebagai kepala rumah tangga dan memberikan nafkah? Siapa yang menetapkan fungsi ibu sebagai pendidik utama anak-anak dan mengatur aktifitas rumah tangga? Hal ini adalah sebagai konsensus nilai dalam masyarakat.


2. Teori Struktural Konflik

Teori Struktural Konflik menjelaskan bagaimana struktur memiliki konflik. Setiap Struktur memiliki elemen yang berbeda. Setiap elemen memiliki motif, maksud, dan kepentingan yang berbeda-beda. Terdapat beberapa Asumsi Teori Struktural Konflik menurut Ralp Dahrendorf (1986:197-198) yaitu:

  • Setiap Masyarakat dalam Setiap Hal Tunduk Pada Proses Perubahan; Perubahan Sosial Terdapat di Mana-Mana.

Saling memperjuangkan motif, dan kepentingannya masing-masing yang akhrinya menimbulkan perubahan (pribadi)

  • Setiap Masyarakat dalam Setiap Hal, Memperlihatkan Pertikaian dan Konflik, Konflik Sosial Terdapat di Mana-Mana.

Perbedaan motif, maksud dan kepentingan yang berbeda menjadi sumber terjadinya pertikaian dan konflik diantara berbagai struktur sosial.

  • Setiap Elemen dalam Suatu Masyarakat Menyumbang Disintegrasi dan Perubahan.

Setiap perubahan seseorang mampu menyumbang perubahan pada struktur sosial.

  • Setiap Masyarakat Didasarkan Pada Paksaan Beberapa Anggota Atas Orang Lain.

Keteratraturan, keharmonisan dan kenormalan dipandang oleh teori konflik sebagai paksaan sebagian anggota atas anggota lain.